Aku Kembali Lagi Ke Gunung Sumbing via Garung Wonosobo


Semakin dalam aku bercumbu dengan alam,
Semakin bertambah gairahku untuk menikmatinya,
Aku sadar ini bukanlah suatu kebetulan,
Dengan menciptakan perjalanan ke alam,
Aku semakin terlihat kecil dibanding kemegahan alam itu sendiri.
(imi)

Semarang, 17 April 2015
Beranjak dari tempat tidur, gw basuh muka dan kaki tanpa menghiraukan alarm yang tak henti bernyanyi. Gw lihat tumpukkan tas berukuran besar menemani tidur pendek gw semalam. Gw hampiri teman yang sedang asik menyeruput segelas kopi hitam beraromakan jagung. 

Sejenak berpikir, gw akan memulai sebuah perjalanan menuju hutan rimba bersama teman-teman senasib. Sepintas gw dengar ada teman yang sedang mengemas (Packing) barang-barang yang semalam tergeletak tak beraturan. Memasuki musim kemarau, namun hujan masih saja datang tanpa pemberitahuan.

Menjelang siang teman-teman gw mulai mengatur perbekalan apa saja yang kurang. Perjalanan ini menyita waktu kita selama beberapa hari. Sampai ujungnya kita memutuskan untuk melakukan perjalanan pada hari ini.

Menjelang sore persiapan kita sudah 99 persen. Kita akan melakukan pendakian ke Gunung Sindoro via Kledung. Personil yang akan ikut berjumlah 10 orang yang lapar berpetualang. Kita akan bermotor dari Semarang ke basecamp Kledung, Temanggung. 

Seperti yang sudah-sudah, kita kalau akan melakukan pendakian ke gunung, berangkat dari domisili itu pada saat malam, nyampe di basecamp itu sekitar dini hari, terus menginap semalam di basecamp, kemudian paginya kita melakukan pendakian.

Sekitar pukul 2200 kita berangkat menuju basecamp Kledung, Temanggung. Kita membutuhkan waktu sekitar 3 jam lebih dari Semarang. Sesampainya di basecamp Kledung, suasana terlihat sangat tidak biasa. Kita lihat basecamp disini sepi sekali tanpa ada kegiatan dari pendaki ataupun orang yang berjaga. 

Ternyata kita menemukan sebuah pengumuman yang sangat mengejutkan. Secarik kertas yang ditempel di gerbang basecamp tertulis “Untuk Sementara pendakian Gunung Sindoro ditutup”. Kita pun bertanya-tanya ada apa dan kenapa bisa ditutup, pantesan disini kok tampak sepi sekali. 

Setelah membaca keterangan di bawah pengumuman itu tertulis bahwa beberapa hari yang lalu ada seorang pendaki yang tersesat kemudian masuk ke jurang dan ditemukan sudah tak bernyawa lagi. Innalilahi... semoga keluarga pendaki yang ditinggalkan diberi ketabahan. 

Ini menjadi pelajaran berarti bagi kita semua bahwa pendakian ke gunung itu adalah kegiatan di alam yang penuh risiko. Maka dari itu perlu manajemen yang matang serta tahu kondisi gunung yang akan kita lalui seperti apa. 

Menurut kacapikir gw, pendakian ke gunung itu bukan ajang untuk menunjukkan siapa kita dan sudah kemana saja biar terlihat keren atau apa, tapi lebih bagaimana kita memaknai pendakian itu sendiri. Selama pendakian terdapat banyak nilai-nilai yang akan diraih seperti rendah hati, tidak sombong, kebersamaan dlsb. Dan yang paling penting adalah selalu mengutamakan keselamatan selama pendakian. Skip..

Akhirnya kita bingung karena pendakian di Gunung Sindoro ditutup, padahal sebelumnya kita sudah yakin dengan segala persiapan. Posisi kita saat itu masih di area basecamp Kledung, kita pun berpikir sejenak, dimana kita harus merubah tujuan pendakian ini, tapi kemana?? Saat kondisi seperti ini, kita pun mencari opsi tujuan yang terbaik untuk tujuan pendakiannya. 

Ada beberapa pilihan seperti ke Gunung Prau, Sikunir, Gunung Merbabu atau Gunung Merapi. Tercetuslah dari salah seorang teman, jika kita ke Gunung Sumbing aja.

Sebenarnya gw tahu dari kesepuluh temen gw ini, mereka yang sudah pernah ke Gunung Sumbing itu ada empat orang, termasuk gw dan keenam teman gw yang lain belum pernah kesana. Finally, kita semua memutuskan akan melakukan pendakian ke Gunung Sumbing. Padahal gw udah pernah kesana dan gw udah posting di Pendakian Ketiga ke Gunung Sumbing via Garung. 

Tapi pada kali ini gw akan melakukan pendakian dengan teman yang berbeda dan terntunya berbeda pula pengalaman sepanjang pendakian kali ini. so, keep reading ya bro.

Jarak dari basecamp Kledung ke basecamp Garung hanya beberapa menit aja alias deket. Kita semua segera menuju kesana. Suasana disini cukup ramai oleh para pendaki lain, tapi kebanyakan udah pada tidur, sebab kita disana udah sekitar jam 0200. Kita semua langsung istirahat dan tidur di basecamp

Basecamp Garung, 18 April 2015
Gw udah bangun dari dalam kantong tidur yang semalam gw pake. Maklum disini kalau malem dingin banget, walaupun posisi pas tidur itu di dalem rumah yang terhalang tembok. Gw liat disekeliling tempat gw tidur, cukup banyak juga pendaki yang lain. Saat itu mata gw belum auto focus, tapi karena ada sesuatu yang pengen disalurkan di kamar mandi, dengan terpaksa gw melangkahkan kaki kesana. 

Menurut gw, fasilitas basecamp Garung itu cukup lengkap seperti kamar mandi ada 5 apa 6, tempat parkir, mushola basecamp, masjid yang ada di jalan pendakian, tempat makan yang bisa dipesen dibasecamp, dlsb.

Sekitar pukul 0700, gw dan kesembilan temen udah siap berjalan. Jalur yang akan kita lewati yaitu jalur lama. Fyi, dari kesepuluh temen gw ini, ada beberapa yang baru ikut pendakian alias pemula. 

Ada juga yang kelakuannya mirip vincent rumpies, gokil. Selama pendakian, temen gw yang gokil itu, selalu ada aja pembicaraan yang dibahas. Dia juga yang dapet tambahan amunisi dari petani yang sedang panen sayur. Itu gw tau pas tadi pagi dibasecamp, dia tiba-tiba ngilang entah kemana, ehh pas balik lagi ke basecamp dia bawa sayuran, lumayan.
ke gunung itu
Mulai Pendakian
Selama menuju pos 1, temen gw yang masih pemula mulai keliatan wajah-wajah yang mengenaskan. Maklum saja trek dari basecamp yang beraspal terus dilanjut trek makadam alias berbatu rapi. Gw aja yang udah pernah kesini aja capenya minta ampun, nyampe keringet gw jadi pembasuh muka gw. 

Ditambah terik matahari seperti enggan dihalangi awan. Dijalan kita beberapa kali atau sering istirahat, sembari diiringi stand up comedy gratis dari temen gw yang gokil itu.

Tak berselang kemudian, kita udah nyampe di Pos 1. Disini udah mulai rame sama pendaki lain yang berasal dari berbagai daerah. Tak lupa saling senyum dan sapa antar pendaki sudah suatu keharusan. 

Dan asal kalian tau, selama pengalaman gw mendaki gunung, selalu ada slogan khas yang sering diucapkan para pendaki kalau mau lewat atau mendahului kita yaitu “mari mas” atau “mari mbak”. Termasuk gw yang sering mengucapkannya.

Dulu pas gw mendaki kesini, gw pernah cerita bahwa di Pos 1 terdapat sumber mata air. Kali ini dengan curah hujan yang cukup sering, akhirnya air itu ada. Dari Pos 1 kalau dari arah bawah itu ke sebelah kanan, terus turun sedikit, jaraknya sekitar 20 meter. Kita pun memanfaatkannya untuk stok selama pendakian.
sumber air di sekitar pos 1 jalur lama
sumber air di sekitar pos 1 Jalur lama
Lanjut ke Pos 2, treknya mulai beragam dari tanah basah, berbatu ataupun keduanya. Tampak wajah-wajah kelelahan hadir diantara kita. Betul saja ketika baru beberapa melangkah, kaki dan napas sudah meminta bagiannya yaitu istirahat. 

Banyak Pohon-pohon tinggi mengitari jalur ini, ditambah lagi jurang yang ada disebelah kanan pada beberapa spot jalur pendakian. Butuh waktu sekitar 2 jam lebih gw dan kesembilan temen udah nyampe di Pos 2. 

Lanjut ke Pos 3, cuaca mulai mendung. Kita tak luput mempersiapkan jas hujan atau ponco untuk mengantisipasi dari pasukan geriliya hujan. Betul saja, baru 30 menit meninggalkan Pos 2, pasukan rintik hujan datang, bila dihitung oleh professor matematika pun, mungkin gak bakalan menemukan rumus atau formula yang tepat. 

Dan alangkah beruntungnya lagi, ada temen gw yang ngga bawa ponco ditambah lagi wajahnya kelihatan lesu sekali.

Akhirnya gw ngasih ponco yang gw bawa buat dipake temen gw. Bukannya gw baik hati, tapi gw mikir dulu pas gw ke Gunung Ungaran aja hujan gede banget, walaupun gw pake ponco tapi basah semua nyampe nembus baju terakhir yang gw pake. Nah, daripada pake ponco, mending gw ujan-ujanan aja menuju Pos selanjutnya yaitu Sedlupak Roto. 

Gw juga percaya kalau ujan-ujanan di hutan itu ga bakalan sakit kaya meriang, flu, atau lainnya... sebab air hujan di hutan itu belum tercemar sama polusi udara yang kotor, beda sama hujan di perkotaan. Ditambah lagi, gw tadi pagi belum mandi. Hehe...

Satu lagi kejadian menarik pas ujan-ujan yaitu jalur pendakian jadi becek dan budaya ngantri. Dan budaya ngantri juga harus diterapkan disini, ketika rombongan gw ditambah 6 pendaki lain mau melewati jalur menanjak serta becek. Kitapun harus bergantian melangkah. Alangkah terkejutnya lagi gw ketemu pendaki lain yang bawa payung unyu-unyu dan yang bawa itu laki-laki.dammm...

Lanjut dari Sedlupak Roto menuju Pestan. Mungkin bagi yang sudah expert mendaki gunung, butuh waktu 15 menit saja. Itu tidak sealiran dengan gw dan kesembilan temen gw. Sebab dari Sedlupak Roto ke Pestan, memakan waktu yang cukup lama, sekitar 30 menit. Kondisi tubuh yang semakin lelah menjadi faktor utamanya, gw aja yang udah pernah kesini masih terasa cape banget. 

Stop di Pestan. Kita sepakat camp disekitar sini. Berselimut kabut tebal, gw merasakan suasana ini seperti romansa cinta lama bersemi kembali (clbk), asiiikk. Gw teringat si itu tuh, yang dulu pernah bareng mendaki sama gw kesini juga. Tatapan matanya si itu tuh kaya terlintas di kedalaman otak gw. Wajahnya begitu syahdu saat gw pandang. Ciee baper..haha. skip.

naik gunung
Oleh-oleh
Camp. Ditempat yang sama, gw dan kesembilan temen memutuskan untuk berkemah dengan mendirikan dua tenda. Gw nggak akan cerita selama berkemah di area sekitar Pestan, gw takut baper lagi. Hehe

Puncak Gunung Sumbing, 19 April 2015
Ada cerita ngga seru disini, dimana pada saat mau ke puncak, ada sebuah perdebatan yang sangat-sangat biasa bagi pendaki yang masih bau asinan ikan buntel kaya gw ini. Dimana gw dan dua temen gw, ragu-ragu mau naik ke puncak apa ngga. 

Kedua temen gw alasanannya dingin dan cape, kalau gw alasannya dulu gw udah pernah ke puncak sana. Dan posisi debat kita itu saat tubuh kita masih terbungkus kantong tidur/sleeping bag dan di tenda yang berbeda pula, gw ditenda satu, sementara kedua temen gw ada ditenda yang satunya lagi. 

Kita pun saling melempar argumen yang absurd banget. Padahal temen-temen gw yang lainnya udah pada siap dan menunggu keputusan ketiga pendaki amatiran ini, dengan satu jawaban singkat; yes or no. Setelah debat yang sangat menggelikan itu, keputusan akhirnya yaitu gw ikut naik ke puncak (lagi) dan kedua temen gw ngga ikut.

Dengan waktu yang standar, sekitar 3 jam. Kita berdelapan sudah ada di Puncak Gunung Sumbing, 3371 mdpl. Bagi gw ini pengalaman kedua menginjakkan kaki di puncak ini. Tidak lupa kita abadikan momen indah ini dengan satu jepretan.

Gw liat hamparan awan seperti sedang mengadakan aksi demo super duper damai diantara Gunung Sindoro dan Gunung Sumbing. Gw sangat menyukai keelokan alam yang (oh sungguh) mempesona. Gw seperti berada disebuah negeri pewayangan, dimana Raden Gatotkaca yang terkenal dengan julukan “otot kawat tulang besi” sedang terbang di angkasa. Lalu ia membawa sang istri Dewi Pregiwa menyusuri kumpulan awan putih lewati gunung. Mereka pun asik tertawa dan bercanda, sebuah kemesraan ini janganlah cepat berlalu. 

Akhirnya lamunan gw sirna, saat perut gw meronta-ronta bak ombak di laut selatan. Perbekalan yang kita bawa dari tempat camp langsung kita habiskan bersama. Selama 2 jam lebih, kita berada di Puncak. Setelah itu kita balik lagi ke tempat camp. 

Sesampainya di camp, kita memasak lagi dan beristirahat. Dan kedua temen gw yang ngga ikut ke puncak sepertinya ada rasa penyesalan, ketika kita liatin foto pemandangan di puncak. Ahahay. Akibat melihat pemandangan yang indah di puncak, kedua temen gw berinisiatif untuk melakukan pemotretan juga tapi berlokasi di sekitar Pestan, biar keliatan habis naik gunung..tetooooot....

Setelah agak siang, kita segera berkemas dan lanjut turun ke basecamp dengan rute yang sama saat naik kemarin. Setibanya di basecamp, kita bersih-bersih dulu sambil beristirahat. Menjelang sore kita kembali lagi ke Semarang. 

Beginilah cerita yang super biasa-biasa aja dan apa adanya. Gw disini hanya cerita menurut sudut pandang gw. Kalau dari sudut pandang temen-teman gw yang lainnya sepertinya bakal panjang, sepanjang jalan kenangan....end.

Untuk informasi seputar Gunung Sumbing bisa cek di Pendakian Ketiga ke Gunung Sumbing via Garung.

Apakah Kamu Takut Melihat Keindahan-Nya????

See you on the next adventures and thank you for reading...
Karena Sepi Terdapat Banyak Inspirasi,
Salam Lestari !!!


Postingan terkait:

1 Tanggapan untuk "Aku Kembali Lagi Ke Gunung Sumbing via Garung Wonosobo"

You can replace this text by going to "Layout" and then "Page Elements" section. Edit " About "